Tuesday 9 April 2013

Dendrobium punbatuense J.J.Wood , 2008


Section : Calcarfera
Found in north and east Borneo in hill and lower montane forests at elevations around 400 to 1000 meters as a medium sized, hot to warm, pendent growing epiphyte.
Stem : 3 to 4 close set stems.
Leaves : Several, ovate-elliptic, minutely obliquely acute to acuminate, herbaceous leaves. Flower : Blooms in the spring on several per stem, pendent, 1.2 to 1.6 " [3 to 4 cm] long, dark green streaked purple, 4 to 5 flowered inflorescence arising on both leafy and leafless stems and spread out widely along the stem.

Bahasa Indonesia : 
Ditemukan di Utara dan Timur pulau Kalimantan, di hutan perbukitan dan hutan pegunungan rendah pada ketinggian 400 sampai 1000 meter di atas permukaan laut, sebagai epipit mengantung berukuran menengah pada daerah hangat hingga panas.
Batang : 3 sampai 4 batang yang saling berdekatan.
Daun : Terdapat beberapa daun, berbentuk lonjong bulat telur, menyempit pada bagian ujung maupun pangkal yang dengan seksama mengarah miring atau melandai kemudian meruncing perlahan pada ujungnya, memiliki tekstur, warna, dll seperti daun pada umumnya.
Bunga : Beberapa bunga muncul pada batang, menggantung, tangkai pembungaan 3 hingga 4 cm, berwarna hijau tua bergaris ungu. Bunga berjumlah 2 - 5 kuntum yang muncul dari batang yang masih berdaun maupun yang telah gugur daunnya dan tersebar sepanjang batang.

Sunday 7 April 2013

Dendrobium chewiorum J.J.Wood & A.L.Lamb 2008

Section : Calcarifera
Endemic Borneo, in lowland and hill forests at elevations of 30 to 400 meters as a large sized, hot growing epiphyte with several,
Stem: 7 ridged, becoming purplish brown carrying 7 leaves
Leave: narrowly elliptic, unequally acutely bilobed apically, basally clasping leaves
Flower: blooms in the fall on a olive to purple, 2 to 2.3 cm long, 1 to 4 flowered inflroescence arising from the upper nodes of leafless stems and carrying musky scented flowers.



Bahasa Indonesia:
Endemik Kalimantan, di hutan dataran rendah dan bukit di ketinggian 30 hingga 400 meter sebagai epifit berukuran besar, pada daerah panas.
Batang : memiliki 7 lekuk punggung, berwarna coklat keunguan dan dengan kurang lebih 7 daun.Daun: Berbentuk bulat panjang dan menyempit,
memiliki sisi yang tidak simetris pada ujung tumbuhnya, dengan bentuk runcing pada ujung dan dasarnya.
Bunga: Tangkai pembungaan sepanjang 2 hingga 2,3 cm, dengan 1 hingga 4 kuntum bunga beraroma wangi yang khas dan berwarna hijau kekuningan hingga ungu yang muncul pada ruas buku terujung dari batang yang telah gugur daun-daunnya.

Friday 22 March 2013

Thecopus secunda (Ridl.)Seidenf. 1984


Synonyms: Thecostele secunda Ridl. 1895
Found in Peninsular Malaysia and Kalimantan in lowland and lower montane forests at elevations of 20 to 600 meters. (I found it myself at elevation 20-40 meters)
Clustered, ovoid to ellipdsoidal, compressed, pseudobulbs. Carrying a single, apical, thinly to elliptic-obovate leaf.
Flower Stalk: 15 to 40 cm long, branching inflorescence arising from the base of the mature pseudobulbs.
Flower: 8 to 20 flowers, 3 cm broad, green with brown stripe on petals and sepals.



Bahasa Indonesia:
Ditemukan di Semenanjung Malaysia dan Kalimantan di hutan dataran rendah dan pegunungan rendah, pada ketinggian 20 hingga 600 meter dari permukaan laut. (saya sendiri menemukannya pada ketinggian 20 - 40 meter dari permukaan laut).
Umbi semu bergerombol, berbentuk agak pipih bulat telur hingga ellipdsoidal. Terdapat 1 hingga 2 daun, pada titik ujung tumbuh tanaman, tipis hingga elips-bulat telur terbalik.
Tangkai bunga: panjang 15 - 40 cm, perbungaan bercabang yang muncul dari dasar umbi semu dewasa.
Bunga: 6 - 20 kuntum, lingkar bunga 3 cm, berwarna hijau dengan garis coklat pada mahkota dan kelopaknya.

Thursday 7 March 2013

Dendrobium sp Kalimantan (aff. crocatum)

Dendrobium sp Kalimantan

Section : Calcarifera
Endemic Borneo, in lowland and hill forests at elevations of 200 to 700 meters as a large sized, warm growing epiphyte with stem-like pseudobubls consisting of many nodes and carrying lanceolate, deciduous leaves and blooms on a short, few flowered inflorescence that arises from a leafless cane.

Green
Yellow
Orange
Alba
Bahasa Indonesia:
Endemik Kalimantan, di hutan dataran rendah dan bukit di ketinggian 200 hingga 700 meter sebagai epifit berukuran besar, epipit pada daerah hangat, dengan umbi semu berbentuk batang yang terdiri dari banyak buku/ruas. Memiliki daun berbentuk lanset dan bertipe gugur, umur bunga hanya beberapa hari dan muncul dari batang yang tidak berdaun.

Tuesday 5 March 2013

Dendrobium doloissumbinii J.J.Wood, 2009


Section : Calcarifera
Synonim : Eucycaulis doloissumbinii (J.J.Wood) M.A. Clem. 2009
Endemic Borneo, in lowland and hill forests at elevations 30 to 700 meters as a small to medium sized, hot growing epiphyte with up to 20, becoming pendent with age,
sulcate, internoded stem carrying several towards the apex, narrowly elliptic, oblique apically, subacute to acute leaves that blooms in the spring with a short to .4" [1 cm] long, 1 to rarely 2 flowered inflorescence
References : Malesian Orchid J. 3: 31 ( 2009)
Bahasa Indonesia:
Endemik Kalimantan, di hutan dataran rendah dan perbukitan pada ketinggian 30 hingga 400 meter diatas permukaan laut, sebagai epifit berukuran kecil hingga sedang dengan batang hingga mencapai 20 ruas, semakin menggantung seturut usianya dan memiliki alur yang menyempit.
Daun: Terdapat beberapa d
aun pada dekat dengan ujung batang, berbentuk lonjong menyempit, memiliki sisi yang tidak simetris pada ujung tumbuhnya, runcing dengan sudut yang lebar/membulat hingga berbentuk runcing apa ujung dan dasarnya.
Bunga mekar tidak lama, berjumlah 1 dan jarang sekali 2. Dengan tangkai pembungaan hanya sepanjang 1cm.

Sunday 22 April 2012

Vanda frankieana D.Metusala, P.O'Byrne 2012


Section : Dactylolobata Suarez & Cootes 2008
Distribution : Endemic Borneo in montane rainforests  as epiphyte.
Flower : 1 to 5 waxy and fleshy flowers on a short inflorescent. The flowers are 3.8 to 4.4 cm wide and 3.6 to 4.2 cm high and the color is bright yellowish green with red-brown spots and a white lip. 
The species grows slowly and is approximately 50 cm high when it is fully grown.
It took approximately 140 years to describe this new species. Already in 1866 this new Vanda species was found and was to be named Vanda crassiloba. But the species was never described.
Over the years, various researchers have begun to describe the species but this work has not been completed.
The researcher Destario Metusala from the Indonesian Institute of Science and orchid expert Peter O'Byrne from Singapore has now taken hold of this species. As the name Vanda crassiloba was never registered they decided to rename the species to Vanda frankieana as a tribute to Frankie Handoyo to promote his work on conservation and cultivation of orchids.
References : Malesian Orchid Journal 9: 23 ( 2012)


Bahasa Indonesia :
Persebaran : Endemik Kalimatan pada hutan hujan pegunungan sebagai tanaman epipit.
Bunga : 1 sampai 5 bunga, berdaging dan permukaannya berlilin, dengan tangkai bunga Pendek.
Lebar bunga sekitar 3,8 sampai 4,4 cm, sedangkan tinggi bunga sekitar 3,6 sampai 4,2 cm dan berwarna hijau kekuningan cerah dengan bercak merah kecoklatan pada bagian lidah.
Spesies ini tumbuh lambat dan dapat mencapai tinggi sekitar 50 cm bila telah sepenuhnya tumbuh.
Butuh waktu sekitar 140 tahun untuk mendeskripsikan spesies baru ini. Sejak tahun 1866 spesies Vanda baru ini ditemukan dan diberi nama Vanda crassiloba. Tapi spesies ini belum pernah dideskripsikan. Selama bertahun-tahun, berbagai peneliti telah memulai mendeskripsikan spesies ini, tetapi pekerjaan mereka belum selesai.

Peneliti Destario Metusala dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan ahli anggrek Peter O'Byrne dari Singapura telah menyelesaikannya. Sebagaijmana nama Vanda crassiloba tidak pernah terdaftar, mereka memutuskan untuk mengubah nama spesies menjadi Vanda frankieana sebagai penghargaan kepada Frankie Handoyo untuk memperkenalkan  karyanya dalam konservasi dan budidaya anggrek.