Sunday, 22 April 2012

Vanda frankieana D.Metusala, P.O'Byrne 2012


Section : Dactylolobata Suarez & Cootes 2008
Distribution : Endemic Borneo in montane rainforests  as epiphyte.
Flower : 1 to 5 waxy and fleshy flowers on a short inflorescent. The flowers are 3.8 to 4.4 cm wide and 3.6 to 4.2 cm high and the color is bright yellowish green with red-brown spots and a white lip. 
The species grows slowly and is approximately 50 cm high when it is fully grown.
It took approximately 140 years to describe this new species. Already in 1866 this new Vanda species was found and was to be named Vanda crassiloba. But the species was never described.
Over the years, various researchers have begun to describe the species but this work has not been completed.
The researcher Destario Metusala from the Indonesian Institute of Science and orchid expert Peter O'Byrne from Singapore has now taken hold of this species. As the name Vanda crassiloba was never registered they decided to rename the species to Vanda frankieana as a tribute to Frankie Handoyo to promote his work on conservation and cultivation of orchids.
References : Malesian Orchid Journal 9: 23 ( 2012)


Bahasa Indonesia :
Persebaran : Endemik Kalimatan pada hutan hujan pegunungan sebagai tanaman epipit.
Bunga : 1 sampai 5 bunga, berdaging dan permukaannya berlilin, dengan tangkai bunga Pendek.
Lebar bunga sekitar 3,8 sampai 4,4 cm, sedangkan tinggi bunga sekitar 3,6 sampai 4,2 cm dan berwarna hijau kekuningan cerah dengan bercak merah kecoklatan pada bagian lidah.
Spesies ini tumbuh lambat dan dapat mencapai tinggi sekitar 50 cm bila telah sepenuhnya tumbuh.
Butuh waktu sekitar 140 tahun untuk mendeskripsikan spesies baru ini. Sejak tahun 1866 spesies Vanda baru ini ditemukan dan diberi nama Vanda crassiloba. Tapi spesies ini belum pernah dideskripsikan. Selama bertahun-tahun, berbagai peneliti telah memulai mendeskripsikan spesies ini, tetapi pekerjaan mereka belum selesai.

Peneliti Destario Metusala dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan ahli anggrek Peter O'Byrne dari Singapura telah menyelesaikannya. Sebagaijmana nama Vanda crassiloba tidak pernah terdaftar, mereka memutuskan untuk mengubah nama spesies menjadi Vanda frankieana sebagai penghargaan kepada Frankie Handoyo untuk memperkenalkan  karyanya dalam konservasi dan budidaya anggrek.

Monday, 16 April 2012

Dendrobium dianae D.Metusala, P.O'Byrne & J.J. Wood 2011


Synonim : Eucycaulis dianae (D.Metusala, P.O'Byrne & J.J. Wood) M.A.Clem. 2010
Section : Calcarifera
Endemic Borneo, in lowland and hill forests at elevations of 300 to 900 meters as a medium sized, hot growing epiphyte.
Stem-like pseudobubls consisting of many nodes and carrying lanceolate, deciduous leaves and blooms with 2 to 12 inflorescence flowers, clustered and hung, that arises from a leafless cane.
Have the morphological closeness to the Dendrobium muluense from Sarawak, except the lip of D. dianae has two aligned callus that extends and stretched on the mid lobe surface of the flowers lip.
Flowers size is about 1.6-1.8 cm wide, with color ranging from plain light green to shiny dark yellow with a reddish stripe pattern on the sepals and petals.
Another uniqueness of this orchid is the color variations are very diverse. According to the observations, it is known that there are at least five variations of color in this species, between its color variations can be very much difference. This can be a great potential for development as a genetic resource in orchid breeding and hybridization.
Dianae name derives from the name Dian Rachmawaty, as well as an orchid hobbyist and conservationists in South Kalimantan (Banjarmasin).
References : Malesian Orchid Journal 6: 57 ( 2010)

Bahasa Indonesia:
Persebaran : endemik Kalimantan, di hutan dataran rendah dan perbukitan pada ketinggian 300 hingga 900 meter diatas permukaan laut, sebagai epifit berukuran sedang.
Batang terdiri dari banyak ruas dan mempunyai daun berbentuk lanset dan betipe gugur, 2 sampai 12 bunga muncul menggerombol dan menggantung dari batang yang telah menggugurkan daunnya.
Memiliki kedekatan morfologi dengan anggrek Dendrobium muluense dari Sarawak, bedanya kalau pada bibir D dianae memiliki dua buah kalus sejajar yang memanjang dan membujur dipermukaan cuping tengah bibir bunganya. 
Lebar bunga 1.6-1.8 cm, berwarna mulai dari hijau muda polos hingga kuning tua mengkilat dengan pola strip kemerahan pada sepal dan petalnya. 
Keunikan lainnya yaitu, variasi warna Dendrobium dianae yang sangat beragam. Menurut hasil observasi diketahui bahwa terdapat setidaknya lima variasi warna pada spesies ini, dan antar variasi warna bisa sangat jauh perbedaannya. Ini dapat menjadi potensi besar untuk dikembangkan sebagai sumber genetik dalam kegiatan pemuliaan anggrek dan hibridisasi. Nama dianae diambil dari nama Dian Rachmawaty, seorang hobiis anggrek sekaligus penggiat konservasi anggrek di Kalimantan Selatan (Banjarmasin).



Thursday, 12 April 2012

Dendrobium bicaudatum Reinw. ex Lindl. 1859

Dendrobium bicaudatum green
Synonyms: Ceratobium bicaudatum (Reinw. ex Lindl.) M.A.Clem. & D.L.Jones 2002Callista bicaudata (Reinw. ex Lindl.) Kuntze 1891; Ceratobium minax (Rchb.f.) M.A.Clem. & D.L.Jones 2002; Dendrobium antelope Rchb. f. 1883; Dendrobium burbidgei Rchb. f. 1878; Dendrobium demmenii J.J. Sm. 1920; Dendrobium minax Rchb. f. 1874; Dendrobium rumphianum Teijsm. & Binn. 1862.
Section: Spatulata
Found in : Sulawesi and Maluku.
Out of flower, this form looks very much like Dendrobium antennatum, with canes of similar height, but the leaves are shorter and broader, tending toward an ovate outline. The spike arise near the cane tips, but are fewer flowered in this species, usually carrying only four or five blossoms, though there may be three to five spikes per cane.
The dorsal sepal is lanceolate to lingulate (tongue-shaped) and extends forward over the column, while the similary shaped lateral sepals diverge widely as they project forward. The petals are also held rigidly erect, but the lack of spiral twist of dendrobium antennatum, generally twisting only once near the base. The petals are narrow, expanding little from base to tip, and are sharply pointed.
This flowers are highly variable in color, the sepals and petals being either greenish-pink, yellowish, or definite brown, with one attractive variation colored much like Dendrobium antennatum. Each color phase has been given its own name, though the variants are restricted to individual island groups. 
The labellum is basically greenish-white with pink-to-violet streaks on the lateral lobes, and its keels are violet.
Large flowers measure 2.5-3 cm in natural spread, with a dorsal sepal 2 cm X 0.4 cm, lateral sepals 2 cm X 0.3 cm, petals 3.5-4 cm X 0.2 cm, and a labellum 3 cm X 1.5 cm.

References : A review of the "Antelope" Dendrobiums (Section Ceratobium) -Part2- Subsection Minacea, by  DR. CLAIR RUSSELL OSSIAN.


*Note: I've noticed, this species does not like the wet medium, so it is advisable to use the well draining medium.


Dendrobium bicaudatum yellowish
Dendrobium bicaudatum brown

Bahasa Indonesia :
Ditemukan di Sulawesi dan Maluku.
Diluar hal bunga, bentuknya terlihat sangat mirip dengan Dendrobium antennatum, dengan tinggi batang yang sama, tetapi daunnya lebih pendek dan lebih luas, cenderung bulat telur. Tangkai pembungaan muncul di sekitar ujung batang, tetapi jumlah bunganya lebih sedikit, biasanya hanya terdapat empat atau lima bunga, meskipun mungkin ada 3-5 tangkai pembungaan perbatang.
Sepal dorsal (kelopak punggung) berbentuk lanset hingga lingulate (menyerupai lidah) dan memanjang ke depan diatas tugu bunga, sementara bentuk yang sama pada sepal lateral (kelopak bawah) tetapi begitu memanjang ke depan lalu menyimpang jauh ke bagian sisi bunga. Petal (mahkota banga) juga sangat kaku dan tegak, tetapi lebih sedikit putaran spiral dibandingkan Dendrobium antennatum, umumnya memutar hanya sekali di dekat pangkal. Mahkotanya sempit, sedikit meluas dari pangkal hingga ke ujung, dan ujung yang tajam.
Warna bunga sangat bervariasi, baik mahkota-mahkota maupun kelopak-kelopaknya bisa saja berwarna merah muda kehijauan, kekuningan, atau coklat, dengan satu variasi warna yang menarik seperti pada Dendrobium antennatum. Setiap variasi warna telah mempunyai  namanya sendiri, meskipun varian dibatasi oleh kelompok-kelompok pulau masing-masing.
Bagian lidah pada dasarnya putih kehijauan dengan gurat merah muda hingga ungu pada bagian cuping lateral, dan gurat ungu pada bagian keel.
Bunga besar berukuran 2,5-3 cm di habitat alaminya, dengan kelopak belakang 2 cm X 0,4 cm, kelopak lateral 2 cm X 0,3 cm, mahkota 3,5-4 cm X 0,2 cm, dan bagian lidah 3 cm X 1,5 cm.

*Catatan: Saya memperhatikan bahwa spesies ini tidak begitu suka dengan media tanam yang basah, jadi saya sarankan untuk menggunakan media tanam yang tidak terlalu menyerap air.

Dendrobium bicaudatum red brown

Wednesday, 11 April 2012

SECTION Ceratobium M.A.Clem. & D.L.Jones, 2002

Some experts in recent years changing dan separating SECTION Spatulata of the Genus Dendrobium and put it into some new SECTION / Genus: Ceratobium, Cepobaculum & Durabaculum.
Distribution is in Java, Sulawesi, Papua and PNG

Ceratobium d'albertsii / Dendrobium antennatum var d'albertsii
Ceratobium laxiflorum / Dendrobium laxiflorum
Ceratobium leporinum / Dendrobium leporinum
Ceratobium stratiotes / Dendrobium stratiotes
Ceratobium strebloceras / Dendrobium strebloceras
Ceratobium strepsiceros / Dendrobium strepsiceros

Monday, 9 April 2012

Dendrobium flos-wanua D.Metusala, P.O'Byrne & J.J. Wood 2010



Synonim : Eucycaulis flos-wanua (D.Metusala, P.O'Byrne & J.J. Wood) M.A.Clem. 2010
Section : Calcarifera
Endemic Borneo, in lowland and hill forests at elevations of 300 to 900 meters as a medium sized, hot growing epiphyte with stem-like pseudobubls consisting of many nodes and carrying lanceolate, deciduous leaves.
Blooms with 2 - 8 inflorescence flowers that arises from a leafless cane.
Flower: 2.1-2.2 cm wide, shiny green and yellow, sepal-petals are widely open, with the middle lobe of the lip are quite big, almost rectangular-shaped and shallow divided at the edges. Besides its widely lip, there is also a "U" shaped on the ridge of callus that crossed the lips of flowers. Flos-Wanua name means "Wanua flower", taken from the name of Vincent Wanua, an orchid hobbies in Malang-Indonesia who has helped in the research of this orchid.
References : Malesian Orchid Journal 6: 83 ( 2010)

Bahasa Indonesia:
Endemik Kalimantan, di hutan dataran rendah dan perbukitan pada ketinggian 300 hingga 900 meter diatas permukaan laut, sebagai epifit berukuran sedang.
Batang terdiri dari banyak ruas dan mempunyai daun berbentuk lanset dan betipe gugur.
Bunga berjumlah 2 sampai 8 bunga yang muncul sekaligus dari batang yang telah menggugurkan daunnya. Lebar bunga 2.1-2.2 cm, berwarna hijau kekuningan mengkilat, sepal petalnya membuka lebar, dengan bagian cuping tengah bibir bunga yang cukup lebar, berbentuk hampir segi empat dan terbelah dangkal di bagian ujungnya. Selain bibir bunganya yang lebar, terdapat juga tonjolan kalus berbentuk "U" yang melintang pada bibir bunganya. Nama flos-wanua berarti "bunga wanua", yang diambil dari nama Vincent Wanua, seorang hobiis anggrek di Malang yang telah membantu dalam penelitian anggrek ini.